Senin, 24 Februari 2014

“PATAU SYNDROME”


A.  Pendahuluan
Patau syndrome yang di temukan oleh Klaus Patau pada tahun 1960 juga di sebut trisomi 13, yang terjadi ketika seorang anak lahir dengan 3 pasang kromosom 13. Biasanya dua salinan dari kromosom diwariskan satu dari setiap orangtua. Kromosom extra yang menyebabkan kelainan fisik dan kelatarbelakangan mental yang parah. Karena sebagian besar dengan cacat jantung, umur dari bayi trisomi 13 biasanya diukur dalam hari. Bayi normal biasanya mewarisi 23 kromosom dar setiap orang tuanya dengan total 46 kromosom. Namun kesalahan genetic dapat terjadi sebelum atau sesudah konsepsi. Di dalam kasus patau syndrome, sebuah kesalahan acak terjadi dan embrio memiliki tiga rangkap kromosom 13, bukan dua salinan normal. Trisomi 13 terjadi pada sekitar 1 dalam 12.000 kelahiran hidup. Dalam banyak kasus aborsi spontan (keguguran) terjadi, dan janin tidak dapat bertahan hidup karena gejala yang sangat berat resiko patau syndrome tampaknya meningkat karena usia ibu terutama jika ia lebih d ari 30 tahun. Anak laki-laki dan anak perempuan sama-sama bisa menderita syndrome ini dan terjadi di semua ras.

B.  Pengertian
Patau syndrome merupakan penyakit kelainan genetik dengan kromosom 13. Trisomi 13 (47, XX/XY+ 13) serta memiliki jumlah kromosom 47 (45A+XX atau 45A+XY). Patau syndrome atau dikenal juga trisomi 13 adalah salah satu penyakit yang melibatkan kromosom, yaitu struktur yang membawa informasi genetik seseorang dalam gen. Syndrome ini terjadi jika pasien memiliki lebih satu kromosom pada pasangan kromosom ke 13 karena tidak terjadinya persilangan antara kromosom saat proses meiosis. Beberapa pula disebabkan oleh translokasi Robertsonian. Lebih satu kromosom pada kromosom yang ke 13 mengganggu pertumbuhan normal bayi serta menyebabkan munculnya tanda-tanda syndrome patau.

C.  Etiologi
Sindrom Patau adalah hasil dari trisomi 13, yang berarti setiap sel dalam tubuh memiliki tiga salinan kromosom 13 bukan dua biasa. Sebagian kecil kasus terjadi ketika hanya beberapa sel-sel tubuh memiliki salinan tambahan, kasus tersebut disebut mosaik Patau.
Sindrom Patau juga dapat terjadi ketika bagian dari kromosom 13 menjadi melekat pada kromosom lain (translokasi) sebelum atau pada saat pembuahan dalam translokasi Robertsonian. Orang yang terkena memiliki dua salinan dari kromosom 13, ditambah bahan tambahan dari kromosom 13 melekat pada kromosom lain. Dengan translokasi, orang tersebut memiliki trisomi parsial untuk kromosom 13 dan sering tanda-tanda fisik dari sindrom berbeda dari sindrom Patau khas.
Sebagian besar kasus sindrom Patau tidak diwariskan, tetapi terjadi peristiwa yang acak selama pembentukan sel-sel reproduksi (telur dan sperma). Sebuah kesalahan dalam pembelahan sel yang disebut non - disjungsi dapat menghasilkan sel-sel reproduksi dengan jumlah abnormal kromosom. Sebagai contoh, sel telur atau sperma dapat memperoleh salinan ekstra kromosom. Jika salah satu dari sel-sel reproduksi atipikal berkontribusi pada susunan genetik seorang anak, anak akan memiliki ekstra kromosom 13 di setiap sel tubuh. Sindrom Patau Mosaic juga tidak diwariskan. Hal ini terjadi sebagai kesalahan acak selama pembelahan sel pada awal perkembangan janin.
Sindrom Patau karena translokasi dapat diwariskan. Orang yang terpengaruh dapat membawa penataan ulang materi genetik antara kromosom 13 dan kromosom lain. Penataan ulang ini disebut translokasi seimbang karena tidak ada bahan tambahan dari kromosom 13. Meskipun mereka tidak memiliki tanda-tanda sindrom Patau, orang yang membawa jenis translokasi seimbang berada pada peningkatan risiko memiliki anak dengan kondisi tersebut.
Sindrom patau lebih sering menyerang janin perempuan karena biasanya janin laki-laki yang mengalami kelainan ini tidak dapat bertahan sampai waktu kelahiran. Sindrom Patau atau Sindrom Trisomi-13 tidak diketahui pasti apa penyebabnya, seperti sindrom Down, sering dikaitkan dengan peningkatan usia ibu. Hal ini dapat mempengaruhi individu dari semua latar belakang etnis.
Faktor risiko terjadinya trisomi 13 adalah usia ibu saat hami lebih dari 35 tahun. Insidensi trisomi 13 adalah 90% tipe mosaik dengan manifestasi klinis bervariasi, mulai dari malformasi total sampai mendekati fenotipe normal. Umur harapan hidup biasanya lebih lama dan derajat defisiensi mental bervariasi. Sedangkan Tipe translokasi berkisar 5-10% kasus. Pada trisomi 13 tipe ”mosaik”, kesalahan pembelahan sel terjadi setelah konsepsi, dimana ekstra kromosom timbul pada beberapa bagian sel tubuh.

D.  Gejala Klinis

Kelainan yang ditemukan 50% kasus
Kelainan yang ditemukan < 50% kasus
Pertumbuhan

Defisiensi pertumbuhan saat prenatal, berat badan lahir rata-rata 2480 gram
Susunan saraf pusat
Holoprosensefali dengan derajat perkembangan tidak sempurna yang bervariasi pada otak depan, Nervus Olfaktorius, dan saraf optic. Kejang motorik minor, periodik apnea pada periode permulaan neonates, retardasi mental yang berat.
Hipertonia, hipotonia, agenesis korpus kallosum, hidrosefalus,
penyatuan ganglion basal, hipoplasia sereberal, meningomyelokel.
Pendengaran
Gangguan pendengaran sampai tuli total karena kerusakan organ cortex

Kranium
Mikrosefali sedang dengan kepala depan yang menonjol.

Mata
Mikrophthalmia, kolobomata iris, dysplasia retina
Rongga orbita yang dangkal, posisi fisura palpebra yang terangkat keatas, hilangnya alis mata, hipotelorisme, hipertelorisme, anophthalmus, siklopia
Hidung, mulut,
mandibula
Labioschizis (60-80% kasus),
palatoschizis, atau keduanya
Hilangnya philtrum, palatum yang sempit, lidah yang terbelah, mikrognathia
Telinga
Helic abnormal dengan atau tanpa disertai low set ears

Kulit
Hemangioma kapilari, terutama kepala bagian depan, parietooccipital, leher belakang.

Tangan dan
kaki
Triradii palmar distal, simian crease, kuku jari hiperkonvek, fleksi jari tanpa atau disertai saling tumpang
tindih, kamptodaktili, polidaktili jari tangan dan kadang-kadang jari kaki, tumit kaki posterior yang menonjol (Rocker Bottom feet).
Retrofleksi ibujari, deviasi ulnar pergelangan tangan, lapisan dermal jari yang tipis, fibular S-shape
hallucal dermal ridge pattern,
sidaktilia, terdapat celah antara jari kaki pertama dan kedua, hipoplasia kuku jari kaki, equinovarus, aplasia radial
Tulang lain
Tulang kosta bagian posterior yang tipis dengan atau tanpa tulang kosta yang hilang, hipoplasia pelvis dengan acetabular yang dangkal.

Jantung
80% dengan defek septal ventrikel, Patent Ductus Arteriosus, defek septum aurikuler, dekstrokardia
Anomali pulmonary venous return, overriding aorta, stenosis pulmonal, hipoplasia aorta, atresia mitral, dan atau katup aorta, katup aorta bicuspid.
Abdominal

Omfalokele, Heterotropik jaringan pancreas atau limpa, rotasi colon yang tak sempurna, Divertikulum Meckel.
Ginjal

Polikistik ginjal (31%), hidronefroposis, Horseshoe kidney, ureter duplikat.
Genitalia
Pada laki-laki biasanya terdapat Cryptorchidism, kelainan skrotum. Pada perempuan terdapat uterus bikornuate
Laki-laki: hipospadia, pada perempuan: Duplikasi dan/atau anomali insersi tube fallopi, kista uterus, hipoplasia ovarium
Lain-lain
Meningkatnya frekuensi proyeksi inti neutrofil, biasanya persisten pada periode embrio atau fetal tipe
hemoglobin.
Arteri umbilikalis tunggal, Hernia umbilicalis.
Trombositopenia, situs inversus paru, kista thymus, kalsifikasi arteri pulmonal, kantung empedu yang besar, aplasia tulang radialis, deformitas sendi besar, defek
diafragma


http://liavanilla.files.wordpress.com/2011/07/sindrom-patau.jpg?w=229&h=300

 





















  
E.   Patofisiologi
Kelainan kromosom merupakan salah satu masalah yang menjadi perhatian public dan para ilmuwan pada saat ini. Kelainan kromosom yang diderita dapat berupa kelainan jumlah atau kelainan struktur kromosom. Kelainan jumlah dapat berupa hilang atau bertambahnya satu kromosom. Misalnya monosomi, trisomi, triploidi. Sedangkan kelainan struktur dapat terjadi dikarenakan delesi, duplikasi, translokasi, inversi, ring. Selain kelainan struktur dan jumlah, keadaan mosaik juga merupakan salah satu jenis kelainan kromosom. Kelainan kromosom ini dapat diturunkan dari orang tua ataupun terjadi secara de novo dan berkontribusi besar terhadap terjadinya cacat lahir pada bayi.
Patofisiologi terjadinya trisomi 13 pada umumnya tak jauh berbeda dengan trisomi 18. Patau Syndrome disebabkan munculnya ekstra duplikasi kromosom 13, umumnya terjadi saat konsepsi dan ditransmisikan ke setiap sel tubuh. Sementara mekanisme bagaimana kromosom trisomi mengganggu perkembangan masih belum diketahui secara pasti. Pada perkembangan normal genom autosomal manusia memperoleh 2 duplikat, munculnya duplikat autosomal ke-3 terutama trisomi 13 tipe sempurna/total sangat lethal terhadap perkembangan embrio.

F.   Prognosis
Pada umumnya prognosis sangat buruk pada neonatus dengan trisomi 13. Umur harapan hidup rata-rata hanya 2,5 hari, 82% meninggal dalam usia 1 bulan, dan 95% meninggal dalam usia 6 bulan. Penelitian yang dilakukan oleh Balci S menemukan satu kasus trisomi 13 dengan manifestasi klinis gangguan perkembangan, kejang, mikrosepal, undesensus testis, labiopalatosisis, penurunan tonus muscular, hernia umbilikalis disertai atresia a. pulmonalis, defek septum ventrikel, paten foramen ovale, MAPCA dan arkus aorta ke kanan.
  
G.  Pemeriksaan
Bayi yang lahir dengan patau syndrome bisa jadi hanya memiliki 1 arteri pada umbilikalnya ketika lahir. Seringkali ditemukan kelainan kongenital pada jantung seperti :
1.      Abnormalitas lokasi jantung menuju sebelah kanan dada
2.      Atrial septal defect
3.      Patent ductus arteriosus
4.      Ventricular septal defect
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendeteksi gejala klinis patau syndrome adalah sebagai berikut.
  1. 1.      Pemeriksaan sinar x atau USG pada gastrointestinal akan menunjukkan rotsi dari organ dalam
  2. 2.      MRI atau CT scan pada kepala akan menunjukkan masalah pada struktur otak. Kelainan tersebut dinamakan holoprosencephaly, yaitu penyatuan dua sisi otak.
  3. 3.      Pemeriksaan pada kromosom  13.


H.  Diagnosa
Disarankan untuk pemeriksaan sitogenetik (kromosom) untuk setiap neonatus atau anak yang dicurigai dengan Trisomi 13 (kariotipe). Jika trisomi 13 dicurigai saat periode prenatal (biasanya karena pemeriksaan USG, adanya riwayat kelainan kromosom sebelumnya, atau usia ibu sebagai faktor resiko tinggi) sebaiknya disarankan pemeriksaan sitogenetik konvensional melalui cairan amnion, vili chorionic, atau darah fetus. Lakukan pemeriksaan imaging (CT-scan, Foto x-ray, USG, Echokardiografi) jika ditemukan holoprosensafali, anomali jantung atau ginjal. Oleh karena tingginya defek struktural, lakukan evaluasi untuk intervensi bedah jika pasien telah melewati periode neonatal. Patau syndrome sering terdeteksi selama kehamilan pada pemindaian anomali janin rutin pada 20 hingga 22 minggu kehamilan (lihat bagian diagnosis prenatal). Orang tua dapat memilih untuk tidak melanjutkan kehamilan. Dalam banyak kasus bayi hilang sebagai keguguran spontan.
Kadang-kadang bayi dapat lahir dengan fitur patau syndrome setelah scan normal pada kehamilan. Dalam situasi ini, sampel darah dari bayi akan dikirim untuk analisis kariotip untuk mengkonfirmasikan diagnosis.

I.     Pengobatan
Intervensi bedah umumnya ditunda untuk beberapa bulan pertama kehidupan karena tingginya angka kematian. Hati-hati dalam mengambil keputusan terhadap kemungkinan harapan hidup mengingat beratnya derajat kelainan neurologik dan kelainan fisik dan pemulihan pos operasi. Konsultasi genetika sangat penting ditinjau dari resiko berulangnya trisomi 13 seperti halnya terhadap trisomi 18 karena translokasi.
Manajemen medis anak-anak dengan trisomi 13 direncanakan berdasarkan kasus per kasus dan tergantung pada keadaan individual pasien. Pengobatan patau syndrome berfokus pada masalah fisik tertentu dengan yang setiap anak lahir. Banyak bayi mengalami kesulitan bertahan dalam beberapa hari pertama atau minggu karena saraf parah masalah atau kompleks cacat jantung . Pembedahan mungkin diperlukan untuk memperbaiki kerusakan jantung atau celah bibir dan langit-langit . Terapi fisik, okupasi, dan pidato akan membantu individu dengan patau syndrome mencapai potensi penuh perkembangan mereka.




Humaniora dalam Kebidanan


Apa itu humaniora?

Humaniora merupakan ilmu yang bersentuhan dengan nilai-nilai kemanusian, memperlakukan manusia secara manusiawi. Humaniora mempelajari tentang perasaan dan perilaku manusia sebagai orang yang berbudi luhur dan sifat-sifat luhur yang melekat dengannya.

Apa Maksud Kajian Humaniora Kebidanan?

Ilmu kebidanan dan humaniora merupakan 2 ilmu berbeda namun memiliki hubungan yang saling melengkapi. Pelayanan kebidanan tanpa dilandasi konsep humaniora bisa dikategorikan tindk kriminal karena baik secara langsung maupun tidak langsung, tindakaan tidak manusiawi tersebut akan merampas hak klien sebagai pengguna layanaan kebidanan. Hal ini tentunya merugikan bagi pengguna jasa maupun pelaksana pelayanan dalam hal ini adalah bidan. Bagi bidan yang tidak menerapkan ilmu humaniora bisa dikatakan telah melanggar kode etiknya dan kepadanya diberikan sanksi yang tegas atas kelalaian yang dibuat baik sengaja maupun tidak disengaja.

Mengapa Bidan Juga Harus Mampu Menolong Pasien yang Dalam Kondisi Darurat?

Bidan harus mampu menolong pasien yang dalam kondisi darurat. Beberapa alasannya adalah karena bidan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatn di masyarakat yang mana berhadapan langsung dengan masyarakat itu sendiri. Bidan seringkali dianggap sebagai seseorang yang tau segala hal, mampu mengobati banyak penyakit baik yang berhubungan dengan kebidanan maupun masalah kesehatan secara umum. Selain itu, kontak pertama antara pasien dengan tenaga kesehatan seringkali melibatkan bidan terlebih dahulu, baik itu dalam kondisi darurat maupun tidak. Beragam kasus yang mungkin sekali ditemui dalam kondisi kedaruratan tersebut, sementara cakupan wewenang bidan terbatas pada diagnosa tertentu saja. Hal ini bukan berarti bidan lepas tangan saja bila menjumpai kasus yang tidak sesuai wewenangnya karena dialah yang paling dekat dnegan masyarakat. Oleh karena itu, hendaknya bidan meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya, supaya mampu menangani kedaruratan yang kemungkinan dapat ditemui, setidaknya pertolongan pertama sebelum mencapai pelayanan kesehatan yang memadai.

Jika Pasien Anda Tidak Mau Dirujuk, Padahal Anda Tidak Mampu Melakukan Pelayanan Tersebut, Bagaimana Sikap Humanis yang Harus Dibangun

Kepercayaan adalah modal utama seorang petugas kesehatan bisa diterima ditengah masyarakat. Kerja sama yang baik antara petugas kesehatan dlam hal ini bidan dengan masyarakat sebagai klien terlahir dari kepercayaan yang kuat antara klien terhadap bidan. Untuk itu perlu upaya yang harus dilakukan bidan dalam rangka meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadapnya.
Salah satunya adalah menjalin komunikasi yang baik. Ada banyak faktor yang menyebabkan pasien tidak mau dirujuk, namun kebanyakan masalhanya terletak pada pengetahuan dan sudut pandang mereka yang kurang mendukung terhadap pengambilan keputusan yang tepat. Sudah menjadi tugas seorang bidan untuk mengkomunikasikan sebaik mungkin tentang informasi-informasi yang perlu klien dan keluarganya tahu, supaya pandangan mereka terbuka.berikan penjelasan kepada pasien bahwa kondisinya kini memerlukan penanganan yang lebih lanjut dan kita sebagai bidan tidak dapat/tidak berwenang melakukan tindakan tersebut. Jelaskan kepada pasien tentang faktor resiko yang dapat terjadi bila pasien tidak segera dirujuk.
Bukan hanya meningkatkan pengetahuan mereka, bidan sebagai komponen sosial di masyarakat juga harus bisa menunjukkan empatinya di hadapan anggota keluarga, sehingga tercermin bahwa keputusan yang dia ambil semata-mata memang untu kepentinggan klien.
Perlunya menjalin kerja sama yang baik dengan tokoh masyarakat ataupun pejabat desa memang kerap membantu apalagi pada kasus pasien yang tidak mau dirujuk. Ketika bidan sudah benar-benar tidak sanggup untuk meyakinkan kliennya untuk dirujuk, mungkin pilihan yang paling mungkin adalah meminta bantuan tokoh masyarakat untuk membantu mengkomunikasikan kepada keluarga.
Jika semu upaya sudah dilakukan, namun keputusan tetap tidak mau dirujuk, sesuai prosedur bidan harus menyiapkan informed consent berupa penolakan dilakukan tindakan.